Kolaborasi Pengusaha Batu Bata dan Petani Pemilik Lahan dalam Meningkatkan Kualitas Tanah dan Bentuk Lahan
M0119030 Fanea Fresty Antonieta Penulis Mahasiswa Program Studi Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA)
A. Latar Belakang
Usaha Batu Bata “Suko Makmur” yang berlokasi di Dusun Tulakan, Desa Sukoharjo, Kecamatan Tirtomoyo, Kabupaten Wonogiri mengeluhkan adanya permintaan konsumen terhadap batu bata yang tiada henti sejalan dengan pembangunan yang ada di wilayah tersebut. Pengusaha batu bata ini membutuhkan tanah yang teksturnya halus sebagai bahan utama. Dalam satu minggu, UKM ini rata-rata membutuhkan sekitar 5 truk tanah atau 30 ton per minggu setara dengan 120 ton per bulan. Sedangkan untuk mendapatkan tanah tersebut relatif sulit. Selain itu, dalam pembakaran batu bata menghasilkan limbah berupa abu yang cukup banyak. Untuk sekali bakar saja membutuhkan sekitar 3 ton sekam padi dan 1 ton kayu bakar, yang akan menghasilkan limbah sekitar 0,5 ton abu. Tentu hal ini akan menjadi limbah yang merugikan jika tidak dimanfaatkan dengan maksimal.
Tidak jauh dari lokasi usaha batu bata “Suko Makmur”, terdapat usaha pertanian tanaman padi bernama Kelompok Tani "Krido Tani". Lahan yang dikelola seluas 40 hektar, yang terdiri dari 46 keluarga petani. Permasalahan kelompok tani ini adalah dari 40 hektar lahan yang dikelola banyak yang berteras kecil-kecil, lebar teras berkisar 2 sampai 3 meter. Teras yang kecil ini dalam pengolahan tanah lebih membutuhkan banyak biaya, dan hasilnya relatif lebih rendah dibanding yang berteras lebar. Dari hal tersebut perlu 2 atau 3 teras dijadikan 1 teras, sehingga memperluas bidang olah/bidang tanam. Namun setelah dijadikan satu, kesuburan tanah menurun karena lapis olah tanah yang di atas telah diambil untuk bahan pembuatan batu bata yang relatif lebih subur. Sehingga perlu pemulihan kesuburan tanah menjadi subur kembali.
Tidak jauh dari lokasi usaha batu bata “Suko Makmur”, terdapat usaha pertanian tanaman padi bernama Kelompok Tani "Krido Tani". Lahan yang dikelola seluas 40 hektar, yang terdiri dari 46 keluarga petani. Permasalahan kelompok tani ini adalah dari 40 hektar lahan yang dikelola banyak yang berteras kecil-kecil, lebar teras berkisar 2 sampai 3 meter. Teras yang kecil ini dalam pengolahan tanah lebih membutuhkan banyak biaya, dan hasilnya relatif lebih rendah dibanding yang berteras lebar. Dari hal tersebut perlu 2 atau 3 teras dijadikan 1 teras, sehingga memperluas bidang olah/bidang tanam. Namun setelah dijadikan satu, kesuburan tanah menurun karena lapis olah tanah yang di atas telah diambil untuk bahan pembuatan batu bata yang relatif lebih subur. Sehingga perlu pemulihan kesuburan tanah menjadi subur kembali.
B. Tujuan Artikel Ilmiah
Tujuan dari artikel ini adalah untuk membahas penyelesaian permasalahan UKM "Suko Makmur" dengan bantuan Kelompok Tani "Krido Tani" dan sebaliknya yang telah dilakukan oleh civitas akamdemika UNS. Dengan demikian, kedua belah pihak akan mendapat manfaat satu sama lain. Kedua pihak akan dipertemukan, di mana petani yang mempunyai tanah-tanah yang
lahannya berteras kecil/sempit untuk
diperlebar yang merupakan permasalahan usaha batu bata. Sedangkan solusi yang ditawarkan
untuk mengatasi permasalahan utama yang
dihadapi pengusaha batu bata adalah memperlebar teras
tanah dari 2 sampai 3 bidang teras menjadi 1
bidang teras dan memulihkan tingkat
kesuburan/kualitas tanah bekas galian
pengambilan bahan baku batu bata, salah
satunya dengan memanfaatkan abu limbah
pembakaran batu bata yang menjadi
permasalahan kelompok tani.
Untuk mencapai tujuan di atas, adapun kegiatan yang dilakukan para dosen Fakultas Pertanian UNS ini meliputi : survey awal untuk mengetahui
tingkat pengetahuan mitra, kondisi
lingkungan dan proses perijinan; koordinasi dengan perangkat desa dan mitra
untuk menentukan waktu, tempat
pelaksanaan serta materi yang dibutuhkan
mitra; penyiapan peralatan dan
perlengkapan pelatihan; penyusunan
modul/materi pelatihan; praktek
pembuatan batu bata; praktek
pemupukan; praktek pengambilan tanah. Partisipasi mitra dalam pelaksanakan
program ini meliputi penyediaan
tanah, lokasi, serta peralatan dan prasarana pembuatan batu bata.
Terhadap pengusaha batu bata dilakukan
pembimbingan dalam hal pengelolaan
sumber bahan pembuatan batu bata yaitu
tanah lempung yang bisa diambil dari sawah
di daerah sekitar, dengan sifat-sifat tanah
tertentu yang cocok sebagai bahan batu bata. Sedangkan terhadap kelompok tani dilakukan
pembimbingan dalam hal pengolahan lahan
sawah secara lebih efektif dan ekonomis.
Kedua pihak merasakan manfaat dari
kegiatan pengabdian ini cukup besar karena
bagi penngusaha batu bata, sumber bahan pembuatan batu
bata yang utama adalah tanah lempung yang
memiliki sifat-sifat tertentu, mudah didapat
dan murah. Di daerah sekitar lokasi usaha
batu bata terdapat sumber bahan tersebut
berupa tanah sawah yang dimiliki petani
yang keadaannya tidak rata antar petak yang
kecil-kecil. Dari kondisi tersebut timbullah ide
untuk mengambil tanah dari petak sawah
yang tinggi sehingga menjadi rata dengan
petak yang lebih rendah. Dengan demikian
maka terbentuk luasan sawah yang lebih
besar. Manfaat bagi kelompok tani adalah
terbentuknya lahan sawahnya yang lebih
luas sehingga dapat diolah menggunakan
traktor tangan.
Pelaksanaan kegiatan ini dilakukan dengan cara bersama-sama dengan kedua pihak untuk mengidentifikasi permasalahan, kebutuhan serta melakukan perencanaan sampai pelaksanaan kegiatan: Kegiatan dilakukan dengan menghubungkan/mempertemukan dengan petani yang mempunyai tanah-tanah yang lahannya berteras kecil/sempit sehingga memperbaiki bentuk lahan dengan cara memperlebar teras tanah dari 2 sampai 3 bidang teras menjadi 1 bidang teras. Hal ini akan memulihkan tingkat kesuburan/kualitas tanah bekas galian pengambilan bahan baku batu bata, salah satunya dengan memanfaatkan abu limbah pembakaran batu bata. Dengan demikian, usaha yang dilakukan oleh para dosen Fakultas Pertanian UNS
Komentar
Posting Komentar